AKHLAK TERCELA DAN AKHLAK TERPUJI
MATA KULIAH : AKHLAK TASAWUF
DOSEN PENGAMPU : Yusliadi. S. Fil.i
Disusun
O
L
E
H
NIA REVINA
20130102134
UNIT 2
FAKULTAS
SYARI’AH STAI TAPAKTUAN
ACEH SELATAN,
NAD
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas anugerahnya-Nya maka selesailah penulisan makalah
Akhlak Tasawuf yang berjudul Akhlak Tercela dan Terpuji ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi
pembelajaran yang efektif pada sebuah lembaga pendidikan. Dimana, dibebankannya
tugas kepadamahasiswa/ mahasiswi untuk menyusun makalah ini untuk memenuhi
persyaratan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf .
Makalah ini disusun sebagai upaya untuk
membantu mahasiswa dalam memahami pengertian akhlak tercela dan terpuji dan
mendeskripsikannnya berdasarkan pola tingkah laku di tengah-tengah masyarakat,
serta dapat memberikan wawasan yang komperehensif dan terpadu dalam memecahkan
problema yang ada di masyarakat itu sendiri.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tapaktuan,
Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4
A.
Latar Belakang…………………………………………………………………….4
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………………5
C.
Tujuan Masalah
…………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….…………..6
A.
PENGERTIAN AKHLAK
TERCELA (MADZMUMAH) ……………………...6
B.
MACAM-MACAM
AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH)………………….7
C.
PENGERTIAN
AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)…………………………14
D.
MACAM-MACAM
AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)……………………15
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………….23
A.
DESKRIPSI AKHLAK
TERCELA DAN TERPUJI………………………..23
B.
KESIMPULAN………………………………………………………………24
C.
SARAN………………………………………………………………………26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...............27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Baik dan buruk merupakan sifat yang
selamanya akan menempel pada suatu benda, terlepas apakah benda itu mati atau
hidup. Setiap ada pengertian baik, ada pula pengertian buruk. Dalam
mendifinisikan baik dan buruk, setiap orang pasti berbeda-beda. Sebab, sumber
penentu baik dan benar, yaitu Tuhan dan manusia; wahyu dan akal; agama dan
filsafat.[1]
Pada kesempatan kali ini, penulis
mengidentikkan sifat baik kepada akhlak terpuji dan sifat buruk diidentikkan
terhadap akhlak tercela. Sebagiaman yang telah dijabarkan di atas, berikut
adalah beberapa perbedaan tersebut:
1.
Ali bin Abi
Thalib (w. 40 H): kebaikan adalah menjauhkan diri dari larangan, mencari
sesuatu yang halal, dan memberikan kelonggaran kepada keluarga.
2.
Ibnu Maskawaih
(940-1030 M): kebaikan adalah yang dihasilkan oleh manusia melalui kehendaknya
yang tinggi. Keburukan adalah sesuatu yang dioerlambat demi mencapai kebaikan.
3.
Muhammad Abduh
(1849-1905): kebaikan adalah apa yang lebih kekal faedahnya sekalipun
menimbulkan rasa sakit dalam melakukannya.
Dari
penjabaran di atas terlihat perbedaan-perbedaan dalam mendefinisikan baik dan
buruk dikalangan para tokoh sufi, meskipun demikian secara substantive definisi
di atas mengandung keseragaman. Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan luhur,
[1]
Rosihon anwar, Akhlak Tasawuf,
Pustaka Setia, Bandung: 2010, hlm. 70.
bermartabat,
menyenangkan dan disukai manusia. Adapaun buruk adalah sesuatu yang berhubungan
dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan dan dibenci orang.
Menurut
ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran
dan Hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran maupun hadits dapat dijumpai istilah
mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk. Di antara
istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah (seperti: kemenangan),
thayyibah (seperti: pakaian), khairah
(seperti: adil), kharimah (seperti:
berbuat baik kepada orang tua), mahmudah (bersifat
batin dan spiritual), azizah dan al-birr (ketenangan jiwa).[2]
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah yang
dimaksud dengan akhlak tercela ?
2.
Apakah yang
dimaksud dengan akhlak terpuji ?
3.
Bagaimana contoh
akhlak tercela dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Agar dapat
mengetahui pengertian akhlak tercela.
2.
Agar dapat
mengetahui pengertian akhlak terpuji.
3.
Agar dapat
mendeskripsikan akhlak tercela dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
[2]
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo
Persada, Jakarta: 2011, hlm. 120.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH)
Kata madzmumah
berasal dari bahasa Arab yang artinya tercela. Aklah madzmumah artinya akhlak tercela. Istilah ini digunakan oleh
beberapa kitab tentang akhlak, seperti Ihya
‘Ulum Ad-Din dan Ar-Risalah
Al-Qusairiyyah. istilah lain yang digunakan adalah masawi al-akhlaq sebagaimana dikemukakan oleh Asy-Syamiri.[3]
Segala bentuk akhlak yang bertentangan
dengan akhlak terpuji disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah
laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan
martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah bisa berkaitan dengan Allah SWT., Rasulullah SAW.,
dirinya, keluarganya masyarakat dan alam sekitarnya.[4]
Banyak keterangan yang menjelaskan
perintah menjauhi akhlak tercela dan pelakunya, diantaranya:
1.
Rasulullah SAW.
bersabda:
ﻮﻠﻭﻛﺎﻥﺳﻭﺀﺍﻠﺨﻟﻖ
ﺮﺟﻼ ﻳﻤﺸﻲ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻠﻜﺎﻥ ﺭﺟﻞ ﺴﻮﺀ. ﻮﺍﻦ ﺍﻟﺍﻪ ﺘﻌﺎﻠﻰ ﻠﻢ ﻴﺨﻠﻘﻨﻲ ﻓﺤﺎﺸﺎ.
[3]
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Pustaka
Setia, Bandung: 2010, hlm. 121
[4]
Ibid.
Artinya:
“Seandainya akhlak
buruk itu seseorang yang sedang berjalan di tengah-tengah manusia, ia pasti
orang yang buruk. Sesungguhnya, Allah tidak menjadikannya perangai jahat.”
2.
Rasulullah SAW.
Bersabda:
ﺍﻦ ﺴﻭﺀ ﻠﺨﻠﻖ ﻴﻔﺳﺪ ﺍﻠﻌﻤﻞ ﻜﻤﺎ ﻳﻓﺳﺪ ﺍﻠﺨﻞ ﺍﻠﻌﺴﻞ
Artinya:
“sesungguhnya akhlak tercela merusak
kebaikan sebagaimana cuka merusak madu.”
B.
MACAM-MACAM AKHLAK TERCELA
1.
Syirik
Syirik secara bahasa adalah menyamakan
dua hal, sedangkan mneurut pengertian istilah, terdiri atas definisi umum dan
definisi khusus. Definisi umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah dalam
hal-hal yang secara khusus dimiliki oleh Allah. Ada tiga macam syirik
berdasarkan definisi umum, yaitu : (1) Asy-Syirk
Ar-Rububiyyah, yaitu menyamakan Allah SWT dengan makhluk-Nya mengenai
sesuatu berkaitan dengan pemeliharaan alam; (2) As-Syirk fi Al-Asma’ wa Ash-Shifat, yaitu menyamakan Allah dengan
makhluk-Nya mengenai nama dan sifat; 930 As-Syirk
fi Al-huluhiyyah, yaitu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya mengenai
ketuhanan.[5]
[5]
Ibid, hlm. 122.
Adapun definisi syirik secara khusus
adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT dan memperlakukannya seperti Allah
SWT, seperti berdoa dan meminta syafaat.[6]
Syirik ada dua macam; yaitu syirik akbar (syirik besar) dan syirik ashgar (syirik kecil). Syirik akbar adalah menjadikan sekutu
selain Allah SWT lalu menyembahnya. Pelakunya keluar dari agama Islam dan
segala amal baiknya terhapus. Jika mati dalam keadaan seperti itu, ia akan abadi
dalam neraka jahannam. Siksanya tidak akan diringankan sedikitpun.[7]
Adapun
syirik ashgar adalah setiap perbuatan
yang menjadi perantara menuju syirik
akbar, atau perbuatan yang dicap syirik oleh nash, tetapi tidak sampai
mencapai derajat syirik akbar.[8]
Perbedaan anatar syirik besar dan syirik
adalah :
Syirik Besar
|
Syirik Kecil
|
Tidak akan diampuni oleh Allah
SWT, kecuali melalui taubat yang sebenarnya.
|
Dapat diampuni atau tidak
bergantung pada kehendak-Nya.
|
Akan menghapus segala amal baik.
|
Tidak akan menghapus amal baik,
kecuali perbuatan yang menyertainya.
|
Menyebabkan pelakunya keluar dari
agama Islam.
|
Tidak menyebabkan pelakunya
keluar dari agama Islam.
|
Menyebabkan pelakunya abadi dalam
neraka
|
Tidak menyebabkan pelakunya abadi
kekal di neraka.
|
[6]
Ibid.
[7]
Ibid, hlm. 123
[8]
Ibid.
Dasar larang perbuatan syirik salah satunya pada Q.S
An-Nisa’ ayat 48 :
يُشْرِكْ وَمَنْ ۚيَشَاءُ لِمَنْ ذَٰلِكَ دُونَ
مَا وَيَغْفِرُ بِهِ يُشْرَكَ أَنْ يَغْفِرُ لَا اللَّهَ إِنَّ
.عَظِيمًا إِثْمًا افْتَرَىٰفَقَدِ
بِاللَّهِ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), dan Dia
mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar.” (Q.S An-Nisa’: 48)
2.
Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur adalah tidak beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya, baik
dengan mendustakan atau tidak mendustakan.[9]
Kufur ada dua jenis, yaitu kufur besar dan kufur kecil. Kufur besara adalah perbuatan yang menyebabkan
pelakunya keluar dari agama Islam dan abadi dalam neraka. Kufur besar ada lima
macam, yaitu:
v Kufur karena mendustakan para rasul, dalilnya
terdapat pada Q.S Al-‘Ankabut ayat 68.
v Kufur karena enggan dan sombong, padahal tahu
kebenaran risalah para rasul, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Baqarah ayat 34.
v Kufur karena ragu, dalilnya terdapat pada Q.S
Al-Khaf ayat 35-38.
[9]
Ibid, hlm 125.
v Kufur karena berpaling, yaitu berpaling secara
menyeluruh dari agama dan apa yang dibawa para rasul, dalilnya terdapat pada
Q.S Al-Ahqaf ayat 3.
v Kufur karena nifak, yaitu nifak I’tiqad, menampakkan
keimanan dan menyembunyikan keingkaran, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Munafiqun
ayat 3.
Adapun kufur
kecil, yaitu kufur yang tidak menyebabkan pelakunya eluar dari agama Islam,
tidak menyebabkan abadi dalam neraka. Pelakunya hanya mendapatkan ancaman yang
keras. Misalnya, kufur nikmat, sebagaiman yang disebutkan dalam firman-Nya
.يَعْرِفُونَ
نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya:
“Mereka mengetahui
nikmat Allah, kemudian mengingkarinya dengan kebanyakan mereka adalah orang
yang ingkar kepada Allah.” (Q.S. An-Nahl:
83)
3.
Nifak
Secara bahasa, nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu (binatang sejenis tikus) dari
sarangnya. Dikatakan pula, kata nifak berasal
dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersembunyi.[10]
Adapun nifak menurut
syara’, artinya menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran
dan kejahatan. Dengan kata lain, nifak adalah
menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam hati.[11]
[10]
Ibid, hlm. 128
[11] Ibid.
Nifak terbagi menjadi
dua jenis,yaitu nifak I’tiqadi dan nifak amali. Nifak I’tiqadi adalah nifak
besar yang pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran
dalam hatinya. Jenis nifak ini dapat menyebabkan pelakunya keluar dari agama
Islam dan abadi dalam neraka. Misalnya, mendustakan Rasulullah SAW. Sedangkan,
nifak amali yaitu melakukan sesuatu
yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi dalam hatinya masih
terdapat iman. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agam
Islam, tetapi merupakan washilah (perantara)
kepada demikian.
4.
Takabur
Al-Ghazali menuturkan
bahwa seseorang tidak takabu atau ujub, kecuali ketika ia merasa dirinya besar
karena merasa memiliki beberapa kesempurnaan, baik berkaitan dengan agama atau dunia.
Berkaitan dengan agama, misalnya, ia takabur karena merasa paling dekat dengan
Allah SWT diabndingkan dengan yang lainnya. Adapun berkaitan dengan dunia, ia
merasa dirinya-misalnya-lebih kaya atau terhormat daripada yang lainnya.[12]
Takabur terbagi ke
dalam dua bagian, yaitu batin dan lahir. Takabur batin adalah perilaku dan
akhlak diri, sedangkan takabur lahir adalah perbuatan-perbuatan anggota tubuh
yang muncul dari takabur batin. Dilihat dari subjeknya, takabur terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu: takabur kepada Allah SWT, takabur kepada Rasul dan takabur
terhadap sesama manusia.
Allah SWT mencela perbuatan takabur dalam Q.S
Al-A’raf ayat 146:
…فُ
عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّسَأَصْرِ
[12] Ibid, hlm. 132.
Artinya:
“Aku
akan palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan
diri di bumi tanpa alas an yang benar…..” (Q.S.
Al-A’raf: 146)
5.
Dengki
Dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang timbul dari
seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi
dimiliki oleh orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki
orang tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya. Adapun menurut ImamAl-Ghazali,
dengki adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada orang lain
dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan tersebut.[13]
Dalil yang mencela perbuatan dengki adalah Q.S
An-Nisa’ ayat 54:
الْكِتَابَ
إِبْرَاهِيمَ آلَ آتَيْنَا فَقَدْ ۖفَضْلِهِمِنْ
اللَّهُ آتَاهُمُ مَا عَلَىٰالنَّاسَ يَحْسُدُونَ أَمْ مُلْكًا .عَظِيمًا وَآتَيْنَاهُمْ
وَالْحِكْمَةَ
Artinya:
“Ataukah mereka
dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah
kepadanya? Sungguh, kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga
Ibrahim, dan kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang
besar.” (Q.S. An-Nisa’: 54)
[13]
Ibid.
Rasulullah SAW bersabda:
ﻭﻻ
ﺘﺤﺎ ﺳﺪﻭﺍ ﻭﻻ ﺘﺪﺍ ﺒﺮﻮﺍ ﻮﻜﻮﻧﻭﺍ ﻋﺒﺎ ﺪﺍﻠﺎﻪ ﺇﺧﻭﺍﻧﺎ.
Artinya:
“janganlah kamu
saling mendengki , saling membenci, dan saling merugikan. Jadilah kamu
hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. Muslim)
6.
Gibah
(Mengumpat)
Al-Ghazali menjelaskan bahwa gibah
adalah menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang apabila
penuturan itu sampai pada yang bersangkutan, ia tidak menyukainya.[14] Dalil
larangan berbuat gibah adalah Q.S. Al-Humazah ayat 1
.لُمَزَةٍ
هُمَزَةٍ لِكُلِّ وَيْلٌ
Artinya:
“Celakalah bagi
setiap pengumpat dan pencela.” (Q.S.
Al-Humazah: 1)
7.
Riya’
Kata riya’
diambil dari kata dasar ar-ru’yah, yang
artinya memancing perhatian orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’
adalah memperlihatkan diri kepada orang lain.[15] orang riya’ beramal bukan
karena ikhlas karena Allah SWT, tetapi semata-mata mengharapkan
[14]
Ibid, hlm 135.
[15]
Ibid, hlm. 137.
pujian dari orang lain. Sifat riya’ dapat muncul
dalam beberapa bentuk kegiatan, diantaranya: (a) riya’ dalam beribadat, (b)
riya’ dalam berbagai kegiatan, (c) riya’ dalam bersedekah dan (d) riya’ dalam
berpakaian.
C.
PENGERTIAN AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)
Akhlak terpuji
merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlaq mahmudah. Mahmudah merupakan
bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti “dipuji”.[16] Akhlak
terpuji disebut pula dengan akhlaq
karimah (akhlak mulia), atau makarim
al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq
al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).[17] Istilah yang kedua
berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW yang terkenal, yaitu:
ﺒﻌﺜﺖ ﻷ ﺜﻤﻢ ﻤﻛﺎ ﺮﻡ ﻷﺨﻼﻖ
Artinya:
“Aku diutus untuk menyempurnakan
perangai (budi pekerti) yang mulia.” (H.R. Ahmad)
Menurut Al-Ghazali akhlak terpuji
merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT sehingga mempelajari
dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.[18]
[16] Dalam bahasa
Indonesia, maf’ul dapat diartikan
sebagai penderita. Karena dia dikenai suatu pekerjaan.
Atau dengan kata lain berfungsi sebagai obyek.
http://ayokumpulbarengblogspot/2012/12/06/bicara-maful-bih.html.08:10
[17] Rosihon Anwar,
Op. cit., hlm. 87.
[18] Ibid, hlm, 88.
B. MACAM-MACAM AKHLAK TERPUJI
Dalam menentukan macam-macam akhlak
terpuji, para pakar muslim umumnya merujuk pada ketentuan Al-Quran dan
Al-Hadis.[19] Uraian akhlak terpuji berikut ini akan dijelaskan berdasarkan pembagian
berikut:
1.
Akhlak
Terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah dapat
diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.[20] Di antara akhlak terhadap
Allah SWT adalah sebagai berikut:
a. Menauhidkan Allah SWT.
Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah (yang menciptakan) dan uluhiyyah (pantas disembah) serta
kesempurnaan nama dan sifat.[21] Dalilnya terdapat pada Q.S. Az-Zumar ayat 2-3:
فَاعْبُدِ اللَّهَ
مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ.... (3)ْ
Artinya:
“…Maka sembahlah Allah dengan tulus
ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari
syirik)…” (Q.S.
Az-Zumar:2-3)
[19]
Ibid, hlm. 89.
[20] Abuddin
Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo Persada,
Jakarta: 2011, hlm. 150.
[21]
Rosihon Anwar, op. cit., hlm 90.
b. Berbaik sangka (husnu zhann).
Yang menjadi dasarnya adalah sabda Rasulullah:
ﻻﻴﻤﻮﺗﻦﺃﺤﺪﻤﻨﻜﻡﺇﻻﻮﻫﻮﻴﺤﺴﻦﺍﻠﻈﻦﺒﺎﺍﻠﺍﻪﻋﺯﻮﺠﻝ
Artinya:
“Janganlah
salah seorang di antara kalian meninggal, melainkan dia berbaik sangka
kepadarabbnya.” (H.R. Muslim)
c. Zikrullah. Mengingat
Allah (zikrullah) adalah asas dari
setiap ibadah kepada Allah SWT karena merupakan pertanda hubungan antara hamba
dan Pencipta pada setiap saat dan tempat.[22] Sebagaimana firman Allah SWT pada
Q.S Al-Baqarah ayat 152:
.تَكْفُرُونِ
وَلَا لِي وَاشْكُرُوا أَذْكُرْكُمْ فَاذْكُرُونِي
Artinya:
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku-pun
akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar
kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah: 152)
d. Tawakal.
Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, membersihkannya dari
ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan.[23]
Dalilnya terdapat pada Q.S. Ali-‘Imran ayat 159:
ۚالْمُتَوَكِّلِينَ يُحِبُّ اللَّهَ إِنَّ
ۖ اللَّهِ عَلَى فَتَوَكَّلْ عَزَمْتَ فَإِذَا….
[22]
Ibid, hlm. 92.
[24]
Ibid, hlm. 93.
Artinya:
… Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh, Allag mencintai
orang-orang yang bertawakal.” (Q.S.
Ali-‘Imran: 159)
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Di
antara akhlak terpuji terhadap diri sendiri adalah:
a. Sabar. Dalam pandangan
Al-Ghazali, sabar merupakan tangga dan jalan yang dilintasi oleh orang-orang yang
hendak menuju Allah SWT.[23] Dalil sabar terdapat pada Q.S. Ali-‘Imran ayat
200:
لَعَلَّكُمۡ اللّٰهَ وَاتَّقُو ● وَرَابِطُوۡا وَصَابِرُوۡا اصۡبِرُوۡا
مَنُوا الَّذِيۡنَ يٰۤـاَيُّهَا
…اٰتُفۡلِحُوۡنَ
Artinya:
“Wahai orang-oang yang beriman!
Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertawakalah kepada Allah suapaya kamu beruntung.” (Q.S. Ali-‘Imran: 200)
b. Syukur.
Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan
oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat kepada-Nya.[25]
[24] Ibid, hlm.
96.
[25]
Ibid, hlm. 98.
Dasar
perintah syukur pada Q.S. Al-Baqarah ayat 172:
يا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون.َ
Artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baikyang Kami berikan
kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah
kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 172)
c.
Menunaikan amanah.
Menurut bahasa amanah berarti kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah) atau kejujuran, kebalikan dari
khianat.[26] Firman Allah dalam Q.S Al-Ma’arij ayat 32:
.رَاعُونَ وَعَهْدِهِمْ أَمَانَاتِهِمْ لِ هُمْ وَالَّذِينَ
Artinya:
“Dan
orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya.” (Q.S Al-Ma’arij: 32)
d.
Benar atau jujur.
Maksudnya adalah benar dan jujur baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Allah
SWT berfirman:
.الصَّادِقِينَ
مَعَ وَكُونُوا اللَّهَ اتَّقُوا آمَنُوا الَّذِينَ يَا أَيُّهَا
[26]
Ibid, hlm. 101.
Artinya:
“Wahai
orang-orang yang beriman! Bertakawalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah:
119)
e.
Menepati janji.
Dalam Islam janji merupakan utang. Utang harus dibayar (ditepati).[27] Allah
SWT berfirman:
….وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ
Artinya:
“Dan
tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji.” (Q.S. An-Nahl: 91)
f.
Memlihara kesucian diri. Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga kesucian diri dari segala tuduhan, fitnah,
dan memelihara kehormatan.[28] Allah SWT berfirman:
…زَكَّاهَا
مَنْ أَفْلَحَ قَدْ
Artinya:
“Sungguh
beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” (Q.S.
Asy-Syams: 9)
[27]
Ibid, hlm. 104.
[28]
Ibid, hlm. 105.
3.
Akhlak Terhadap Keluarga
Di antara akhlak
terpuji terhadap keluarga adalah
a.
Berbakti kepada kedua orang tua. Allah SWT berfirman:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ
(١٤)الْمَصِيرُ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
Artinya:
“Dan
kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada keduaa orangtuanya.”
(Q.S. Luqman: 14)
b.
Bersikap baik
kepada saudara. Rasulullah bersabda:
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى
الله عليه و سلم: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله
واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت
(رواه البخاري)
Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah
saw bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka
janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari
akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (Muttafaqun ‘alaih).[29]
4.
Akhlak Terhadap Masyarakat
Banyak sekali
rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama
manusia.[30] Akhlak terhadap masyarakat ini dapat dibagi kepada dua hal,
diantaranya berbuat baik kepada tentangga (orang yang terdekat dengan kita) dan
suka menolong orang lain.[31] Sabagaimana firman Allah SWT pada Q.S. Al-Baqarah
ayat 263:
قَوْلُ مَّعْرُوفُ وَ مَغْفِرَةٌ خَيْرُُ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآأَذًى وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمُُ
"Perkataan
yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha
Penyantun." (Al-Baqarah: 263).
5.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan
di sini adalah segala seuatu yang berada di sekitar
[29]
Pencari Jejak Ilalang Masa Depan, Hadits Akhlak Terpuji dan Akhlak
Tercela. www.google.blogger
[30] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo Persada,
Jakarta: 2011, hlm. 151.
[31] Rosihon Anwar, op,cit., hlm
111-113.
manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbhan maupun benda-benda tak bernyawa.[32] Pada dasarnya,
akhlak yang diajarkan oleh Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari sumber manusia
sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam.kehalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptannya.[33] Allah SWT berfirman:
وَلِيُخْزِيَ
لَّهِلافَبِإِذْنِ أُصُولِهَا عَلَ ىٰ قَائِمَةً كْتُمُوهَاتَرَ وْأَ لِينَةٍ مِنْ
قَطَعْتُمْ مَا .الْفَاسِقِينَ
Artinya:
“Apa saja yang kamu
tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya,
maka itu semua adalah atas izin Allah dan agar ia membalas orang-orang fasik.” (Q.S.
Al-Hasyr: 5)
[32] Abuddin Nata, op.cit., hlm.
152.
[33] Rosihon Nawar, op.cit., hlm.
114.
BAB III
PENUTUP
A.
CONTOH AKHLAK TERCELA DAN TERPUJI DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Ani dan Susi merupakan siswi kelas VIII
SMP Negeri 1 Kutafajar. Mereka adalah gadis yang pintar, karena nilainya yang
memliki selisih tidak begitu besar pada setiap akhir semesternya. Meski
demikian, Ani selalu mengalahkan Susi di setiap semester dan memperoleh
peringkat pertama. Hal ini, membuat Ani sedikit sombong dan mulai meremehkan
setiap ilmu yang diberikan oleh gurunya. Ia mengangap semua pelajaran-pelajaran
tersebut gampang. Tidak hanya itu, Ani menjadi siswi yang bermalasan dan lebih
banyak bermain dibandingkan belajar ketika ia berada di rumah.
Berbeda dengan Susi, yang selalu
bersikap tekun dan rajin dalam menyikapi setiap ilmu yang diberikan oleh
gurunya. Ia selalu mengulang pelajaran yang diberikan oleh gurunya di rumah.
Memang Susi mempunyai tekad yang kuat untuk memperoleh peringkat pertama, namun
karena kekurang cakapannya dalam belajar, sehingga ia selalu berada di posisi
kedua setelah Ani.
Ketika memasuki akhir semester, semua
nilai yang dikumpulkan selama 6 bulan dan akan dituangkan ke dalam sebuah
catatan beebentuk rapor, akan menggambarkan kerja keras seluruh siswa/siswi SMP
ini. Namun, tetap saja yang menonjol adalah Ani dan Susi. Bedanya, pada
semester ganjil ini, Susi memperoleh nilai tertinggi di kelasnya, sehingga
memperoleh peringkat pertama. Sedangkan Ani berada pada peringkat empat di
kelasnya. Hal tersebut, membuat Ani iri, dan menimbulkan rumor bahwa Susi
memperoleh keberhasilannya dengan cara yang kotor yaitu dengan mencontek ketika
ujian serta semua pekerjaan rumahnya dikerjakan oleh orang lain yang cukup
pintar. Ani menimbulkan rumor tersebut dengan menggosipkan Susi kepada
teman-temannya.
Sementra itu, rumor yang tidak benar
tersebut, sampailah kepada Susi. Ketika mendengar hal itu, Susi hanya tersenyum
manis dan berkata, Allah lebih tau semuanya.
B.
KESIMPULAN
Ø Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak
terpuji disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang
tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya
sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah
bisa berkaitan dengan Allah SWT., Rasulullah SAW., dirinya, keluarganya
masyarakat dan alam sekitarnya.
Ø Macam-macam akhlak tercela:
1.
Syirik,
2.
Kufur,
3.
Nifak,
4.
Takabur,
5.
Iri/dengki,
6.
Gibah
(mengumpat) dan
7.
Riya.
Ø Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak yang
menyelamatkan pelakunya).
Ø Macam-macam akhlak terpuji:
1.
Akhlak terhadap
Allah SWT:
a. Menauhidkan Allah SWT,
b. Berbaik sangka,
c. Zikrullah,
d. Tawakal.
2.
Akhlak terhadap diri
sendiri:
a. Sabar,
b. Syukur,
c. Menunaikan amanah,
d. Benar atau jujur,
e. Menepati janji,
f. Memelihara kesucian diri.
3.
Akhlak terhadap
keluarga:
a. Berbakti kepada orangtua,
b. Bersikap baik kepada saudara.
4.
Akhlak terhadap
masyarakat.
5.
Akhlak terhadap
lingkungan.
C.
KRITIK/SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari
bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan serta jauhnya kata
sempurna dalam makalah ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih…
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung:
Pustaka Setia. 2012.
Nata,
Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta:
Rajagrafindo Persada. 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar