Senin, 16 November 2015

Makalah akhlak Tasawuf



AKHLAK TERCELA DAN AKHLAK TERPUJI
MATA KULIAH  :  AKHLAK TASAWUF
DOSEN PENGAMPU :  Yusliadi. S. Fil.i
Disusun
O
L
E
H

NIA REVINA
20130102134
UNIT 2
Logo-STAI-Tapaktuan.jpg
FAKULTAS SYARI’AH STAI TAPAKTUAN
ACEH SELATAN, NAD
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerahnya-Nya maka selesailah penulisan makalah Akhlak Tasawuf yang berjudul Akhlak Tercela dan Terpuji ini. 
Makalah ini disusun guna memenuhi pembelajaran yang efektif pada sebuah lembaga pendidikan. Dimana, dibebankannya tugas kepadamahasiswa/ mahasiswi untuk menyusun makalah ini untuk memenuhi persyaratan tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf .
Makalah ini disusun sebagai upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami pengertian akhlak tercela dan terpuji dan mendeskripsikannnya berdasarkan pola tingkah laku di tengah-tengah masyarakat, serta dapat memberikan wawasan yang komperehensif dan terpadu dalam memecahkan problema yang ada di masyarakat itu sendiri.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.

                                                                                                Tapaktuan, Januari 2015
                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
BAB I  PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4
A.    Latar Belakang…………………………………………………………………….4
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………………5
C.     Tujuan Masalah …………………………………………………………………...5
BAB II  PEMBAHASAN…………………………………………………………….…………..6
A.    PENGERTIAN AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH) ……………………...6
B.     MACAM-MACAM AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH)………………….7
C.     PENGERTIAN AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)…………………………14
D.    MACAM-MACAM AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)……………………15
BAB III  PENUTUP…………………………………………………………………………….23
A.    DESKRIPSI AKHLAK TERCELA DAN TERPUJI………………………..23
B.     KESIMPULAN………………………………………………………………24
C.     SARAN………………………………………………………………………26
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...............27

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Baik dan buruk merupakan sifat yang selamanya akan menempel pada suatu benda, terlepas apakah benda itu mati atau hidup. Setiap ada pengertian baik, ada pula pengertian buruk. Dalam mendifinisikan baik dan buruk, setiap orang pasti berbeda-beda. Sebab, sumber penentu baik dan benar, yaitu Tuhan dan manusia; wahyu dan akal; agama dan filsafat.[1]
Pada kesempatan kali ini, penulis mengidentikkan sifat baik kepada akhlak terpuji dan sifat buruk diidentikkan terhadap akhlak tercela. Sebagiaman yang telah dijabarkan di atas, berikut adalah beberapa perbedaan tersebut:
1.      Ali bin Abi Thalib (w. 40 H): kebaikan adalah menjauhkan diri dari larangan, mencari sesuatu yang halal, dan memberikan kelonggaran kepada keluarga.
2.      Ibnu Maskawaih (940-1030 M): kebaikan adalah yang dihasilkan oleh manusia melalui kehendaknya yang tinggi. Keburukan adalah sesuatu yang dioerlambat demi mencapai kebaikan.
3.      Muhammad Abduh (1849-1905): kebaikan adalah apa yang lebih kekal faedahnya sekalipun menimbulkan rasa sakit dalam melakukannya.
Dari penjabaran di atas terlihat perbedaan-perbedaan dalam mendefinisikan baik dan buruk dikalangan para tokoh sufi, meskipun demikian secara substantive definisi di atas mengandung keseragaman. Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan luhur,

[1] Rosihon anwar, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung: 2010, hlm. 70.
bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Adapaun buruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang rendah, hina, menyusahkan dan dibenci orang.

Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan Hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran maupun hadits dapat dijumpai istilah mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada buruk. Di antara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah (seperti: kemenangan), thayyibah (seperti: pakaian), khairah (seperti: adil), kharimah (seperti: berbuat baik kepada orang tua), mahmudah (bersifat batin dan spiritual), azizah dan al-birr (ketenangan jiwa).[2]

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan akhlak tercela ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan akhlak terpuji ?
3.      Bagaimana contoh akhlak tercela dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari ?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Agar dapat mengetahui pengertian akhlak tercela.
2.      Agar dapat mengetahui pengertian akhlak terpuji.
3.      Agar dapat mendeskripsikan akhlak tercela dan terpuji dalam kehidupan sehari-hari.


[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm. 120.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN AKHLAK TERCELA (MADZMUMAH)
Kata madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya tercela. Aklah madzmumah artinya akhlak tercela. Istilah ini digunakan oleh beberapa kitab tentang akhlak, seperti Ihya ‘Ulum Ad-Din dan Ar-Risalah Al-Qusairiyyah. istilah lain yang digunakan adalah masawi al-akhlaq sebagaimana dikemukakan oleh Asy-Syamiri.[3]
Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah bisa berkaitan dengan Allah SWT., Rasulullah SAW., dirinya, keluarganya masyarakat dan alam sekitarnya.[4]
Banyak keterangan yang menjelaskan perintah menjauhi akhlak tercela dan pelakunya, diantaranya:
1.      Rasulullah SAW. bersabda:
ﻮﻠﻭﻛﺎﻥﺳﻭﺀﺍﻠﺨﻟﻖ ﺮﺟﻼ ﻳﻤﺸﻲ ﻓﻰ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻠﻜﺎﻥ ﺭﺟﻞ ﺴﻮﺀ. ﻮﺍﻦ ﺍﻟﺍﻪ ﺘﻌﺎﻠﻰ ﻠﻢ ﻴﺨﻠﻘﻨﻲ ﻓﺤﺎﺸﺎ.

[3] Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung: 2010, hlm. 121
[4] Ibid.
Artinya:
“Seandainya akhlak buruk itu seseorang yang sedang berjalan di tengah-tengah manusia, ia pasti orang yang buruk. Sesungguhnya, Allah tidak menjadikannya perangai jahat.”
2.      Rasulullah SAW. Bersabda:       
ﺍﻦ ﺴﻭﺀ ﻠﺨﻠﻖ ﻴﻔﺳﺪ ﺍﻠﻌﻤﻞ ﻜﻤﺎ ﻳﻓﺳﺪ ﺍﻠﺨﻞ ﺍﻠﻌﺴﻞ
Artinya:
“sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu.”

B.     MACAM-MACAM AKHLAK TERCELA
1.      Syirik
Syirik secara bahasa adalah menyamakan dua hal, sedangkan mneurut pengertian istilah, terdiri atas definisi umum dan definisi khusus. Definisi umum adalah menyamakan sesuatu dengan Allah dalam hal-hal yang secara khusus dimiliki oleh Allah. Ada tiga macam syirik berdasarkan definisi umum, yaitu : (1) Asy-Syirk Ar-Rububiyyah, yaitu menyamakan Allah SWT dengan makhluk-Nya mengenai sesuatu berkaitan dengan pemeliharaan alam; (2) As-Syirk fi Al-Asma’ wa Ash-Shifat, yaitu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya mengenai nama dan sifat; 930 As-Syirk fi Al-huluhiyyah, yaitu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya mengenai ketuhanan.[5]

[5] Ibid, hlm. 122.
Adapun definisi syirik secara khusus adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT dan memperlakukannya seperti Allah SWT, seperti berdoa dan meminta syafaat.[6]
Syirik ada dua macam; yaitu syirik akbar (syirik besar) dan syirik ashgar (syirik kecil). Syirik akbar adalah menjadikan sekutu selain Allah SWT lalu menyembahnya. Pelakunya keluar dari agama Islam dan segala amal baiknya terhapus. Jika mati dalam keadaan seperti itu, ia akan abadi dalam neraka jahannam. Siksanya tidak akan diringankan sedikitpun.[7]
            Adapun syirik ashgar adalah setiap perbuatan yang menjadi perantara menuju syirik akbar, atau perbuatan yang dicap syirik oleh nash, tetapi tidak sampai mencapai derajat syirik akbar.[8]
Perbedaan anatar syirik besar dan syirik adalah :
Syirik Besar
Syirik Kecil
Tidak akan diampuni oleh Allah SWT, kecuali melalui taubat yang sebenarnya.
Dapat diampuni atau tidak bergantung pada kehendak-Nya.
Akan menghapus segala amal baik.
Tidak akan menghapus amal baik, kecuali perbuatan yang menyertainya.
Menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam.
Tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam.
Menyebabkan pelakunya abadi dalam neraka
Tidak menyebabkan pelakunya abadi kekal di neraka.



[6] Ibid.
[7] Ibid, hlm. 123
[8] Ibid.
Dasar larang perbuatan syirik salah satunya pada Q.S An-Nisa’ ayat 48 :
يُشْرِكْ وَمَنْ ۚيَشَاءُ لِمَنْ ذَٰلِكَ دُونَ مَا وَيَغْفِرُ بِهِ يُشْرَكَ أَنْ يَغْفِرُ لَا اللَّهَ إِنَّ
.عَظِيمًا إِثْمًا افْتَرَىٰفَقَدِ بِاللَّهِ
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukannya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh dia telah berbuat dosa besar.” (Q.S An-Nisa’: 48) 
2.      Kufur
Kufur secara bahasa berarti menutupi. Kufur merupakan kata sifat dari kafir. Jadi, kafir adalah orangnya, sedangkan kufur adalah sifatnya. Menurut syara’, kufur adalah tidak beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya, baik dengan mendustakan atau tidak mendustakan.[9]
Kufur ada dua jenis, yaitu kufur besar dan kufur kecil. Kufur besara adalah perbuatan yang menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam dan abadi dalam neraka. Kufur besar ada lima macam, yaitu:
v  Kufur karena mendustakan para rasul, dalilnya terdapat pada Q.S Al-‘Ankabut ayat 68.
v  Kufur karena enggan dan sombong, padahal tahu kebenaran risalah para rasul, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Baqarah ayat 34.
v  Kufur karena ragu, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Khaf ayat 35-38.

[9] Ibid, hlm 125.
v  Kufur karena berpaling, yaitu berpaling secara menyeluruh dari agama dan apa yang dibawa para rasul, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Ahqaf ayat 3.
v  Kufur karena nifak, yaitu nifak I’tiqad, menampakkan keimanan dan menyembunyikan keingkaran, dalilnya terdapat pada Q.S Al-Munafiqun ayat 3.
Adapun kufur kecil, yaitu kufur yang tidak menyebabkan pelakunya eluar dari agama Islam, tidak menyebabkan abadi dalam neraka. Pelakunya hanya mendapatkan ancaman yang keras. Misalnya, kufur nikmat, sebagaiman yang disebutkan dalam firman-Nya
.يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
Artinya:
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mengingkarinya dengan kebanyakan mereka adalah orang yang ingkar kepada Allah.” (Q.S. An-Nahl: 83)
3.      Nifak
Secara bahasa, nifak berarti lubang tempat keluarnya yarbu (binatang sejenis tikus) dari sarangnya. Dikatakan pula, kata nifak berasal dari kata yang berarti lubang bawah tanah tempat bersembunyi.[10]
Adapun nifak menurut syara’, artinya menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dengan kata lain, nifak adalah menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung dalam hati.[11]

[10] Ibid, hlm. 128
 [11] Ibid.
Nifak terbagi menjadi dua jenis,yaitu nifak I’tiqadi dan nifak amali. Nifak I’tiqadi adalah nifak besar yang pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran dalam hatinya. Jenis nifak ini dapat menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam dan abadi dalam neraka. Misalnya, mendustakan Rasulullah SAW. Sedangkan, nifak amali yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafik, tetapi dalam hatinya masih terdapat iman. Nifak jenis ini tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agam Islam, tetapi merupakan washilah (perantara) kepada demikian.
4.      Takabur
Al-Ghazali menuturkan bahwa seseorang tidak takabu atau ujub, kecuali ketika ia merasa dirinya besar karena merasa memiliki beberapa kesempurnaan, baik berkaitan dengan agama atau dunia. Berkaitan dengan agama, misalnya, ia takabur karena merasa paling dekat dengan Allah SWT diabndingkan dengan yang lainnya. Adapun berkaitan dengan dunia, ia merasa dirinya-misalnya-lebih kaya atau terhormat daripada yang lainnya.[12]
Takabur terbagi ke dalam dua bagian, yaitu batin dan lahir. Takabur batin adalah perilaku dan akhlak diri, sedangkan takabur lahir adalah perbuatan-perbuatan anggota tubuh yang muncul dari takabur batin. Dilihat dari subjeknya, takabur terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: takabur kepada Allah SWT, takabur kepada Rasul dan takabur terhadap sesama manusia.
Allah SWT mencela perbuatan takabur dalam Q.S Al-A’raf ayat 146:
…فُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّسَأَصْرِ

 [12] Ibid, hlm. 132.
Artinya:
“Aku akan palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alas an yang benar…..” (Q.S. Al-A’raf: 146)
5.      Dengki
Dalam bahasa Arab, dengki disebut hasad, yaitu perasaan yang timbul dari seseorang setelah memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki oleh orang lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya. Adapun menurut ImamAl-Ghazali, dengki adalah membenci kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan tersebut.[13]
Dalil yang mencela perbuatan dengki adalah Q.S An-Nisa’ ayat 54:
الْكِتَابَ إِبْرَاهِيمَ آلَ آتَيْنَا فَقَدْ  ۖفَضْلِهِمِنْ اللَّهُ آتَاهُمُ مَا عَلَىٰالنَّاسَ يَحْسُدُونَ أَمْ مُلْكًا .عَظِيمًا وَآتَيْنَاهُمْ وَالْحِكْمَةَ
Artinya:
“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? Sungguh, kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar.” (Q.S. An-Nisa’: 54)

[13] Ibid.
Rasulullah SAW bersabda:
ﻭﻻ ﺘﺤﺎ ﺳﺪﻭﺍ ﻭﻻ ﺘﺪﺍ ﺒﺮﻮﺍ ﻮﻜﻮﻧﻭﺍ ﻋﺒﺎ ﺪﺍﻠﺎﻪ ﺇﺧﻭﺍﻧﺎ.
Artinya:
“janganlah kamu saling mendengki , saling membenci, dan saling merugikan. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.”  (H.R. Muslim)
6.      Gibah (Mengumpat)
Al-Ghazali menjelaskan bahwa gibah adalah menuturkan sesuatu yang berkaitan dengan orang lain yang apabila penuturan itu sampai pada yang bersangkutan, ia tidak menyukainya.[14] Dalil larangan berbuat gibah adalah Q.S. Al-Humazah ayat 1
.لُمَزَةٍ هُمَزَةٍ لِكُلِّ وَيْلٌ
Artinya:
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.” (Q.S. Al-Humazah: 1)
7.      Riya’
Kata riya’ diambil dari kata dasar ar-ru’yah, yang artinya memancing perhatian orang lain agar dinilai sebagai orang baik. Riya’ adalah memperlihatkan diri kepada orang lain.[15] orang riya’ beramal bukan karena ikhlas karena Allah SWT, tetapi semata-mata mengharapkan

[14] Ibid, hlm 135.
[15] Ibid, hlm. 137.
pujian dari orang lain. Sifat riya’ dapat muncul dalam beberapa bentuk kegiatan, diantaranya: (a) riya’ dalam beribadat, (b) riya’ dalam berbagai kegiatan, (c) riya’ dalam bersedekah dan (d) riya’ dalam berpakaian.
C.     PENGERTIAN AKHLAK TERPUJI (MAHMUDAH)
Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlaq mahmudah. Mahmudah  merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti “dipuji”.[16] Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).[17] Istilah yang kedua berasal dari hadis Nabi Muhammad SAW yang terkenal, yaitu:
ﺒﻌﺜﺖ ﻷ ﺜﻤﻢ ﻤﻛﺎ ﺮﻡ ﻷﺨﻼﻖ
Artinya:
“Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia.” (H.R. Ahmad)  
Menurut Al-Ghazali akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.[18]

[16] Dalam bahasa Indonesia, maf’ul dapat diartikan sebagai penderita. Karena dia dikenai suatu      pekerjaan. Atau dengan kata lain berfungsi sebagai obyek.
http://ayokumpulbarengblogspot/2012/12/06/bicara-maful-bih.html.08:10
[17] Rosihon Anwar, Op. cit., hlm. 87.
[18] Ibid, hlm, 88.
B. MACAM-MACAM AKHLAK TERPUJI
Dalam menentukan macam-macam akhlak terpuji, para pakar muslim umumnya merujuk pada ketentuan Al-Quran dan Al-Hadis.[19] Uraian akhlak terpuji berikut ini akan dijelaskan berdasarkan pembagian berikut:
1.      Akhlak Terhadap Allah SWT
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik.[20] Di antara akhlak terhadap Allah SWT adalah sebagai berikut:
a.       Menauhidkan Allah SWT. Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah (yang menciptakan) dan uluhiyyah (pantas disembah) serta kesempurnaan nama dan sifat.[21] Dalilnya terdapat pada Q.S. Az-Zumar ayat 2-3:

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ.... (3)ْ
Artinya:
“…Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik)…”  (Q.S. Az-Zumar:2-3)

[19] Ibid, hlm. 89.
[20] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm. 150.
[21] Rosihon Anwar, op. cit., hlm 90.


b.      Berbaik sangka (husnu zhann). Yang menjadi dasarnya adalah sabda Rasulullah:
ﻻﻴﻤﻮﺗﻦﺃﺤﺪﻤﻨﻜﻡﺇﻻﻮﻫﻮﻴﺤﺴﻦﺍﻠﻈﻦﺒﺎﺍﻠﺍﻪﻋﺯﻮﺠﻝ
Artinya:
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal, melainkan dia berbaik sangka kepadarabbnya.” (H.R. Muslim)
c.       Zikrullah. Mengingat Allah (zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah kepada Allah SWT karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat.[22] Sebagaimana firman Allah SWT pada Q.S Al-Baqarah ayat 152:

.تَكْفُرُونِ وَلَا لِي وَاشْكُرُوا أَذْكُرْكُمْ فَاذْكُرُونِي
Artinya:
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku-pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah: 152)
d.      Tawakal. Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan.[23] Dalilnya terdapat pada Q.S. Ali-‘Imran ayat 159:
ۚالْمُتَوَكِّلِينَ يُحِبُّ اللَّهَ إِنَّ ۖ اللَّهِ عَلَى فَتَوَكَّلْ عَزَمْتَ فَإِذَا….


[22] Ibid, hlm. 92.
[24] Ibid, hlm. 93.
Artinya:
… Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah, Sungguh, Allag mencintai orang-orang yang bertawakal.”  (Q.S. Ali-‘Imran: 159)

2.      Akhlak Terhadap Sesama Manusia
            Di antara akhlak terpuji terhadap diri sendiri adalah:
a.       Sabar. Dalam pandangan Al-Ghazali, sabar merupakan tangga dan jalan yang dilintasi oleh orang-orang yang hendak menuju Allah SWT.[23] Dalil sabar terdapat pada Q.S. Ali-‘Imran ayat 200:
لَعَلَّكُمۡ اللّٰهَ وَاتَّقُو ● وَرَابِطُوۡا وَصَابِرُوۡا اصۡبِرُوۡا مَنُوا الَّذِيۡنَ يٰۤـاَيُّهَا
…اٰ‏تُفۡلِحُوۡنَ
Artinya:
“Wahai orang-oang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertawakalah kepada Allah suapaya kamu beruntung.”  (Q.S. Ali-‘Imran: 200)
b.      Syukur. Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT dalam melakukan maksiat kepada-Nya.[25]

[24] Ibid, hlm. 96.
[25] Ibid, hlm. 98.
Dasar perintah syukur pada Q.S. Al-Baqarah ayat 172:
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون.َ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baikyang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Q.S. Al-Baqarah: 172)
c.       Menunaikan amanah. Menurut bahasa amanah berarti kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan (tsiqah) atau kejujuran, kebalikan dari khianat.[26] Firman Allah dalam Q.S Al-Ma’arij ayat 32:
.رَاعُونَ وَعَهْدِهِمْ أَمَانَاتِهِمْ لِ هُمْ وَالَّذِينَ
Artinya:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya.” (Q.S Al-Ma’arij: 32)
d.      Benar atau jujur. Maksudnya adalah benar dan jujur baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan. Allah SWT berfirman:
.الصَّادِقِينَ مَعَ وَكُونُوا اللَّهَ اتَّقُوا آمَنُوا الَّذِينَ يَا أَيُّهَا


[26] Ibid, hlm. 101.

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakawalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. At-Taubah: 119)
e.       Menepati janji. Dalam Islam janji merupakan utang. Utang harus dibayar (ditepati).[27] Allah SWT berfirman:
….وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ
Artinya:
“Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji.” (Q.S. An-Nahl: 91)

f.       Memlihara kesucian diri. Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga kesucian diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.[28] Allah SWT berfirman:

…زَكَّاهَا مَنْ أَفْلَحَ قَدْ
Artinya:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu).” (Q.S. Asy-Syams: 9)

[27] Ibid, hlm. 104.
[28] Ibid, hlm. 105.
3.      Akhlak Terhadap Keluarga
Di antara akhlak terpuji terhadap keluarga adalah
a.       Berbakti kepada kedua orang tua. Allah SWT berfirman:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ (١٤)الْمَصِيرُ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
Artinya:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada keduaa orangtuanya.” (Q.S. Luqman: 14)
b.      Bersikap baik kepada saudara. Rasulullah bersabda:

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يؤذ جاره ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت (رواه البخاري)
Artinya:
Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah saw bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam”. (Muttafaqun ‘alaih).[29]
4.      Akhlak Terhadap Masyarakat
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.[30] Akhlak terhadap masyarakat ini dapat dibagi kepada dua hal, diantaranya berbuat baik kepada tentangga (orang yang terdekat dengan kita) dan suka menolong orang lain.[31] Sabagaimana firman Allah SWT pada Q.S. Al-Baqarah ayat 263:

قَوْلُ مَّعْرُوفُ وَ مَغْفِرَةٌ خَيْرُُ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآأَذًى وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمُُ
Artinya:
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah: 263).
5.      Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala seuatu yang berada di sekitar

[29] Pencari Jejak Ilalang Masa Depan, Hadits Akhlak Terpuji dan Akhlak Tercela.    www.google.blogger
[30] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2011, hlm. 151.
[31] Rosihon Anwar, op,cit., hlm 111-113. 

manusia, baik binatang, tumbuh-tumbhan maupun benda-benda tak bernyawa.[32] Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan oleh Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari sumber manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.kehalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptannya.[33] Allah SWT berfirman:

وَلِيُخْزِيَ لَّهِلافَبِإِذْنِ أُصُولِهَا عَلَ ىٰ قَائِمَةً كْتُمُوهَاتَرَ وْأَ لِينَةٍ مِنْ قَطَعْتُمْ مَا .الْفَاسِقِينَ

Artinya:
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah dan agar ia membalas orang-orang fasik.”  (Q.S. Al-Hasyr: 5)





[32] Abuddin Nata, op.cit., hlm. 152.
[33] Rosihon Nawar, op.cit., hlm. 114.

BAB III
PENUTUP

A.    CONTOH AKHLAK TERCELA DAN TERPUJI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARIimages.jpeg
Ani dan Susi merupakan siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Kutafajar. Mereka adalah gadis yang pintar, karena nilainya yang memliki selisih tidak begitu besar pada setiap akhir semesternya. Meski demikian, Ani selalu mengalahkan Susi di setiap semester dan memperoleh peringkat pertama. Hal ini, membuat Ani sedikit sombong dan mulai meremehkan setiap ilmu yang diberikan oleh gurunya. Ia mengangap semua pelajaran-pelajaran tersebut gampang. Tidak hanya itu, Ani menjadi siswi yang bermalasan dan lebih banyak bermain dibandingkan belajar ketika ia berada di rumah.
Berbeda dengan Susi, yang selalu bersikap tekun dan rajin dalam menyikapi setiap ilmu yang diberikan oleh gurunya. Ia selalu mengulang pelajaran yang diberikan oleh gurunya di rumah. Memang Susi mempunyai tekad yang kuat untuk memperoleh peringkat pertama, namun karena kekurang cakapannya dalam belajar, sehingga ia selalu berada di posisi kedua setelah Ani.
Ketika memasuki akhir semester, semua nilai yang dikumpulkan selama 6 bulan dan akan dituangkan ke dalam sebuah catatan beebentuk rapor, akan menggambarkan kerja keras seluruh siswa/siswi SMP ini. Namun, tetap saja yang menonjol adalah Ani dan Susi. Bedanya, pada semester ganjil ini, Susi memperoleh nilai tertinggi di kelasnya, sehingga memperoleh peringkat pertama. Sedangkan Ani berada pada peringkat empat di kelasnya. Hal tersebut, membuat Ani iri, dan menimbulkan rumor bahwa Susi memperoleh keberhasilannya dengan cara yang kotor yaitu dengan mencontek ketika ujian serta semua pekerjaan rumahnya dikerjakan oleh orang lain yang cukup pintar. Ani menimbulkan rumor tersebut dengan menggosipkan Susi kepada teman-temannya.
Sementra itu, rumor yang tidak benar tersebut, sampailah kepada Susi. Ketika mendengar hal itu, Susi hanya tersenyum manis dan berkata, Allah lebih tau semuanya.

B.     KESIMPULAN
Ø  Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebut akhlak tercela. Akhlak tercela merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak madzmumah bisa berkaitan dengan Allah SWT., Rasulullah SAW., dirinya, keluarganya masyarakat dan alam sekitarnya.
Ø  Macam-macam akhlak tercela:
1.      Syirik,
2.      Kufur,
3.      Nifak,
4.      Takabur,
5.      Iri/dengki,
6.      Gibah (mengumpat) dan
7.      Riya.
Ø  Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).
Ø  Macam-macam akhlak terpuji:
1.      Akhlak terhadap Allah SWT:
a.       Menauhidkan Allah SWT,
b.      Berbaik sangka,
c.       Zikrullah,
d.      Tawakal.
2.      Akhlak terhadap diri sendiri:
a.       Sabar,
b.      Syukur,
c.       Menunaikan amanah,
d.      Benar atau jujur,
e.       Menepati janji,
f.       Memelihara kesucian diri.
3.      Akhlak terhadap keluarga:
a.       Berbakti kepada orangtua,
b.      Bersikap baik kepada saudara.
4.      Akhlak terhadap masyarakat.
5.      Akhlak terhadap lingkungan.


C.    KRITIK/SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan serta jauhnya kata sempurna dalam makalah ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih…

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2012.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011.